Pages - Menu

Kamis, 17 Januari 2013

Meningkatkan Budaya Baca Masyarakat Indonesia

Meningkatkan Budaya Baca Masyarakat Indonesia

Membudayakan Anak Gemar Membaca (Foto: M Nurul Ikhsan Saleh)

Aktivitas membaca dalam masyarakat sangatlah penting. Ia menjadi salah satu kegiatan bahasa yang amat vital dalam masyarakat modern dan lebih-lebih di kalangan akademisi. Dari sinilah peringatan Hari Buku Nasional yang jatuh pada bulan kemarin, 17 Mei 2012, menjadi penting untuk selalu kita refleksikan, terlebih oleh masyarakat Indonesia.
Dalam masyarakat kita, setiap hari puluhan koran, majalah, bahkan buku-buku selalu diproduksi dan dipasarkan. Di dalam semua jenis media itu akan dijumpai informasi mengenai pengetahuan, berita, lapangan pekerjaan, iklan, dan sebagainya, yang mau tak mau harus diserap oleh masyarakat modern tersebut. Kecuali, jika masyarakat modern tersebut, hanya modern dalam dimensi waktu, bukan modern dalam dimensi kultural. Membaca, sudah seharusnya menjadi kebutuhan hidup sehari-hari masyarakat.
Pengetahuan sebagian besar tidaklah didapatkan dari bangku sekolah atau di bangku kuliah, melainkan melalui buku. Banyak orang mengatakan bahwa buku itu sesungguhnya merupakan universitas yang paling baik, sehingga tidak salah apabila dikatakan bahwa buku adalah jendela ilmu pengetahuan. Maka keberadaan perpustakaan di sekolah, universitas dan masyarakat sangatlah penting sebagai tempat kagiatan membaca.

Di kalangan akademisi, membaca menjadi jantung kehidupan mereka. Informasi yang diberikan dosen tentu amat terbatas. Untuk memperluas cakrawala akademik mereka, buku merupakan sarana yang mesti diakrabi. Tanpa membaca buku, seorang akademisi akan berjalan di lorong gelap. Analisis yang mereka lakukan terhadap segala persoalan hanya akan bersifat intuitif tanpa teori yang telah diuji kebenarannya melalui pelbagai penelitian. Akibatnya pembahasannya hanya akan seperti orang berbincang di warung kopi atau di tengah padang penggembalaan.
Membaca berarti mengambil atau memahami arti dari bahan cetakan atau tulisan yang ada. Karena itulah sebagai seorang pembaca, ia memerlukan persyaratan tertentu agar ia dapat memahami makna tersebut dengan baik. Ada beberapa saran dari Nurhadi (1987) agar seseorang menjadi pembaca yang baik, yaitu untuk memperlancar proses membaca antara lain meliputi empat modal; Pertama, seorang pembaca harus memiliki modal pengetahuan dan pengalaman; Kedua, seorang pembaca harus memiliki kemampuan berbahasa (kebahasaan); Ketiga, seorang pembaca harus memiliki pengetahuan tentang teknik membaca; Keempat, seorang membaca harus mengetahui tujuan membaca.
Ada satu batasan membaca yang amat komprehensif, yaitu membaca adalah proses mengolah bacaan secara kritis-kreatif yang dilakukan dengan tujuan memperoleh pemahaman yang bersifat menyeluruh tentang bacaan itu, dan penilaian terhadap keadaan, nilai, fungsi dan dampak bacaan itu. Oleh karena itu, membaca bukan sekadar melafalkan huruf-huruf, tetapi lebih pada kegiatan jiwa untuk mengolah apa yang kita baca. Mengolah dalam arti kita tidak harus menyerap begitu saja isi bacaan tersebut. Seorang pembaca dituntut memiliki sikap kreatif-kritis. Jadi kita harus menerima secara kritis-kreatif apa yang kita baca. Kita harus memikirkan nilai apa yang terkandung dalam bacaan, apa fungsinya, dan yang terpenting apa dampaknya bagi diri sendiri dan bagi masyarakat pembaca secara luas.
Menurut Smith (1973) membaca bukan semata-mata proses visual. Ada dua macam informasi yang terlibat dalam kegiatan membaca. Pertama, informasi yang datang dari depan mata. Kedua, informasi yang terdapat di belakang mata. Informasi yang terdapat di depan mata ialah huruf-huruf. Sedangkan, informasi yang terdapat di belakang mata ialah isi dan pesan yang terkandung dalam bacaan itu. Memahami isi bacaan itu menutut pembaca untuk memiliki kemampuan berpikir dan bernalar.
Budaya Baca Masyarakat
Selama ini selalu ada pernyataan bahwa masyarakat Indonesia belum mempunyai budaya baca. Atau dengan kata lain minat baca kita rendah. Benarkah demikian? Akhir-akhir ini ketika saya berkunjung ke perpustakaan-perpustakaan kampus dan tempat-tempat bacaan buku yang ada di Yogyakarta. Memang benar, bahwa perpustakaan banyak dikunjungi mahasiswa. Hanya saja mereka yang berkunjung ke perpustakaan rata-rata mereka yang sedang mengerjakan tugas makalah dari dosennya, terlebih untuk tugas akhir berupa skripsi, tesis, atau pun disertasi. Untuk menulis pun mereka membaca penelitian yang sudah ada, kemudian mengutip beberapa bagian kajian pustaka dan metode penelitian. Andaikan tidak harus menulis makalah atau tugas akhir, mereka akan terlihat mojok, sambil berbincang berdua (berpacaran). Jadi, motivasi membaca untuk benar-benar mendapatkan ilmu pengetahuan masih minim.
Bagaimana jika ada pertanyaan seperti ini, adakah mahasiswa atau kita secara umum dengan penuh kesadaran membeli buku untuk memperkaya khazanah pengetahuan? Mungkin jawabannya ada, tetapi tidak banyak. Dan yang tidak banyak itu akan berkilah bahwa sekarang ini harga buku mahal. Benarkah mahal? Sebab di sisi yang lain mereka dapat dengan mudah pergi ke mall dengan berbelanja sampai ratusan ribu rupiah bahkan mungkin ada yang mendekati jutaan rupiah. Lebih-lebih dengan kebiasaan mahasiswa atau masyarakat saat ini, yang lebih banyak menghabiskan uangnya untuk membeli pulsa agar bisa facebook-an di mana-mana. Hal itu berarti bahwa penyebab utama bukan pada mahalnya buku tetapi justru pada motivasi yang tidak ada, serta tampaknya buku belum menjadi prioritas dalam hidup masyarakat Indonesia.
Meningkatkan Minat Baca
Dari fenomena di atas, dimana masyarakat kita masih rendah minat bacanya, maka hendaknya minat baca (kegemaran) harus terus ditumbuhkan di kalangan masyarakat, terlebih sejak masih kanak-kanak. Salah satu terobosan baru yang patut ditiru dan diapresiasi adalah sebuah langkah konkret oleh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) AS dengan membangun perpustakaan bagi anak-anak di Indonesia. Seperti dilansir oleh VOA (Voice of Amerika) Indonesia hari ini, Jumat 22 Juni 2012 berjudul LSM AS Bangun Perpustakaan bagi Anak-anak di Indonesia. Mereka membangun perpustakaan sejak tahun 2009 yang tersebar di beberapa daerah Indonesia, seperti di Padang, Sidoarjo dan Bali.
Sebagai orang Indonesia, kita patut berterima kasih kepada LSM AS tersebut, dengan programnya untuk meningkatkan minat baca di kalangan masyarakat Indonesia. Karena jika kita ketahui lebih lanjut, bahwa kegemaran membaca bukanlah aktivitas yang tumbuh dengan sendirinya dalam diri setiap anak. Kegemaran membaca merupakan kebiasaan yang harus ditanamkan, dipupuk, dibina, dibimbing, dan diarahkan sejak masih anak-anak. Sehingga ketersediaan bahan pustaka di kalangan masyarakat sangat penting untuk menarik kegemaran membaca. Lewat perpustakaan tersebut, kita berharap kegemaran membaca di kalangan masyarakat terlebih dikalangan anak-anak akan semakin meningkat.
Dengan ketersediaan perpustakaan, perlu juga menjadi perhatian adalah ketersediaan buku yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat sekitar. Bahan pustaka disesuaikan dengan perkembangan psikologi pembaca. Baik yang spesifik untuk bacaan kalangan anak-anak juga bagi kalangan dewasa. Jangan sampai kemudian tertukar. Bahan bacaan untuk kalangan anak-anak bisa dibagi dalam beberapa bagian, seperti yang ditulis oleh Luwarsih (1974), ia menyebutkan ada 3 klasifikasi buku untuk anak-anak, yaitu; Pertama, buku referensi, buku untuk memperoleh informasi; Kedua, buku studi, buku untuk membina pengetahuan; Ketiga, buku referensi, buku untuk menikmati dan menghayati pengalaman. Maka itu, anak-anak hendaknya dilatih untuk memilih jenis-jenis buku yang akan memperluas cakrawala pengetahuan dan pengalaman anak-anak tersebut.  
Terakhir, semoga masyarakat juga pemerintah Indonesia semakin tergugah oleh kerja-kerja sosial seperti yang dilakukan LSM AS untuk lebih giat dalam menyediakan bahan bacaan untuk masyarakat. Menurut VOA Indonesia, sampai bulan Juni 2012 ini, LSM AS tersebut telah mampu membangun 49 perpustakaan bagi anak-anak dan 26 perpustakaan bagi orang tua. Mereka melakukan langkah mulia, demi menggugah budaya baca masyarakat bisa tumbuh. Karena itu, peran serta mereka dalam menyediakan bahan bacaan perlu didukung sepenuhnya oleh masyarakat sekitar dengan mempergunakan perpustakaan yang mereka bangun dengan sebaik-baiknya. Mari membaca! :-)
You might also like:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar