Globalisasi adalah keterkaitan dan
ketergantungan antar bangsa dan antar manusia di seluruh dunia melalui
perdagangan, investasi, perjalanan, budaya populer, dan bentuk-bentuk interaksi
yang lain sehingga batas-batas suatu negara menjadi
semakin sempit.
Globalisasi adalah suatu proses di mana antar
individu, antar kelompok, dan antar negara saling berinteraksi, bergantung, terkait,
dan memengaruhi satu sama lain yang melintasi batas negara
Dalam banyak hal, globalisasi mempunyai banyak
karakteristik yang sama dengan internasionalisasi sehingga kedua istilah ini
sering dipertukarkan. Sebagian pihak sering menggunakan istilah globalisasi
yang dikaitkan dengan berkurangnya peran negara atau batas-batas negara.
Definisi dari westernisasi adalah suatu
perbuatan seseorang yang mulai kehilangan jiwa nasionalismenya, yang meniru
atau melakukan aktivitas bersifat kebarat-baratan (budaya bangsa lain).
Westernisasi sudah berkembang di masyarakat luas. Dan hal ini menuntut kita
untuk mawaspadai manakah yang bisa diterima dan mana yang tidak perlu diikuti.
Sebagai mahasiswa dan kaum terpelajar, kita wajib menyaring gaya hidup bangsa
lain yang masuk mempengaruhi bangsa kita, terlebih lagi yang tidak sesuai
dengan budaya bangsa timur.
Modernisasi diartikan sebagai perubahan-perubahan
masyarakat yang bergerak dari keadaan yang tradisional atau
dari masyarakat pra modern menuju kepada suatu masyarakat yang modern.
Pengertian modernisasi berdasar pendapat para ahli adalah sebagai berikut.
a. Widjojo Nitisastro, modernisasi adalah
suatu transformasi total dari kehidupan
bersama yang tradisional atau pramodern dalam arti teknologi serta organisasi sosial, ke arah pola-pola ekonomis dan politis.
b. Soerjono Soekanto, modernisasi adalah
suatu bentuk dari perubahan sosial yang terarah yang didasarkan pada suatu perencanaan
yang biasanya dinamakan social planning. (dalam buku
Sosiologi: suatu pengantar)
contohnya
Becak
merupakan sebuah kendaraan yang begitu sederhana dibandingkan dengan mobil.
Pada zaman dahulu Becak itu terbuat dari kayu dan ditarik oleh manusia. Manusia
itu sebagai mesin penggerak becak tersebut dan itu pertama kali di China.
Berikut ini
adalah gambarnya
Setelah berkembangnya
pemikiran manusia dan bertujuan untuk memudahkannya, becak pun dibuat berjalan
dengan cara di Goes dengan Kaki.
berikut
gambarnya becak goes
Perubahan angkutan unta menjadi toyota(mobil)
Dahulu Manusia berpindah tempat dari tempat satu ke tempat yang lain menggunakan unta, mungkin unta bisa disebut sebagai kendaraan manusia di jaman dahulu. Unta merupakan sebuah kendaraan darat yang dibutuhkan manusia dijamannya..
Setelah
ditemukannya mobil sebagai kendaraan, manusia beralih menggunakan mobil untuk
berpindah tempat satu ke tempat yang lain karena lebih efisien dan cepat
dibandingkan dengan unta.
Hedonisme
adalah pandangan hidup yang menganggap bahwa kesenangan dan kenikmatan materi
adalah tujuan utama hidup. Bagi para penganut paham ini, bersenang-senang,
pesta-pora, dan pelesiran merupakan tujuan utama hidup, entah itu menyenangkan
bagi orang lain atau tidak. Karena mereka beranggapan hidup ini hanya sekali,
sehingga mereka merasa ingin menikmati hidup senikmat-nikmatnya. di dalam
lingkungan penganut paham ini, hidup dijalani dengan sebebas-bebasnya demi
memenuhi hawa nafsu yang tanpa batas. Dari golongan penganut paham inilah
muncul Nudisme (gaya hidup bertelanjang).
Pandangan mereka terangkum dalam pandangan Epikuris yang
menyatakan,"Bergembiralah engkau hari ini, puaskanlah nafsumu, karena
besok engkau akan mati".
Contoh-contoh prilaku Hedonisme
Kami akan paparkan beberapa contoh yang sangat
lekat dengan gaya hidup hedonisme. Beberapa di antaranya adalah:
Pesta Tahun Baru
Pesta yang hingar bingar dan penuh dengan
alunan-alunan musik menjadi suasana yang pasti dalam sebuah pesta tahun baru.
Suara-suara terompet dan tabuhan alat-alat perkusi memeriahkan perhelatan yang senantiasa
diadakan setiap tahun. Itulah pesta tahun baru yang selalu dinanti dan
dimeriahkan. Seakan menjadi kewajiban bagi setiap manusia untuk merayakan
upacara pergantian tahun itu.
Terkadang acara pesta tahun baru selalu didanai
oleh pemerintah. Negara tidak pernah absen untuk mengeluarkan uang yang tidak
sedikit hanya untuk memeriahkan pesta. Jika acara dirasa kurang menarik, ini
menandakan bahwa uang negara sedang pas-pasan. Kalau sudah demikian, citra
sebuah negara akan buruk di mata internasional. Tapi, negara mana yang rela
mendapatkan citra buruk di mata dunia? Walau keadaan negara sedang kacau, penuh
hutang, rakyat menderita, pesta tahun baru harus dilaksanakan.
Sebagai contoh di Indonesia, kita bisa saksikan
betapa morat-maritnya keadaan ekonomi bangsa ini, kemiskinan semakin tak
terbendung, harga sembako kian melambung, pengangguran terus bertambah, dunia
pendidikan masih perlu biaya. Namun, semua itu seakan terlupakan dan uang
berhamburan demi sebuah pesta tahun baru. Kita masih ingat bahwa seorang mantan
gubernur DKI pernah mengeluarkan dana seratus juta rupiah dari kas negara hanya
untuk membeli kembang api bagi pesta tahun baru. Tidak tanggung-tanggung,
kembang api tersebut didesain oleh para desainer Jepang. Begitulah dampak
budaya hedonisme yang menimpas masyarakat di negeri seribu satu masalah
ini.
Ulang Tahun
Tidak sedikit uang yang dikeluarkan untuk
mengadakan pesta ulang tahun. Biaya dikeluarkan untuk pendanaan konsumsi, kue
ulang tahun, baju pesta, dekorasi ruang, dan surat undangan. Biaya akan lebih
besar jika acara dilakukan di gedung mewah, sewa badut untuk menghibur para
tamu undangan, dan tampilan dari para pemain musik seperti band dan orkes
tunggal.
Acara ulang tahun selalu dimeriahkan oleh
acara-acara menarik, nyanyian dari orang yang berulang tahun ataupun dari para
tamu undangan. Mereka yang datang memberikan berbagai macam hadiah sebagai
tanda selamat bagi yang berulang tahun. Bahkan, para tamu undangan pun
terkadang mengenakan kostum-kostum yang menarik perhatian, seperti pakaian ala
badut dan hantu.
Mungkin itu hanyalah sekelumit rangkaian biaya
yang mesti dikeluarkan untuk acara ulang tahun. Padahal, acara ulang tahun
adalah budaya orang-orang kafir yang ditiru oleh kebanyakan kaum muslimin.
Sudah barang tentu bahwa perayaan tersebut adalah bentuk tasyabuh (meniru-niru
kaum kafir).
Selain itu, yang kita cermati saat ini adalah
biaya yang tidak sedikit untuk merayakan pesta ulang tahun. Perayaan ini begitu
menjamur di semua kalangan masyarakat. Nuansa hedonisme begitu kental dalam
pesta ini. Kemewahan ditampilkan di tengah-tengah keadaan yang memprihatinkan.
Belum tentu mereka yang merayakan ulang tahun adalah orang yang mampu
mengadakannya. Banyak di antara mereka yang berani berhutang demi sebuah acara
ulang tahun.
SEKULARISASI adalah istilah yang telah
jamak digunakan, dan karenanya menjadi semakin kabur. Sebelum mendefinisikan
sekularisasi, saya inginmengawalinya dengan sebuah penjelajahan di rimba
gagasan berbagai teorisekularisasi dan pendekatan "prokon", untuk
kemudian diupayakan sebuah rekonstruksi secara sosio-antropologis.
Sejarah teori sekularisasi adalah sejarah Barat. Lahir di Eropa kemudian berkelana ke Amerika Serikat dan akhirnya menyebar ke berbagai penjuru dunia,termasuk Indonesia. Dalam tulisan ini, saya ingin meramaikan perdebatan publik soal relasi agama dan politik, yang dalam kasus kita, seolah tak mengenal kata final.
Kasus Ahmadiyah dan pengerusakan
rumah ibadah merupakan contoh dari betapa abu-abu dan remangnya wilayah ini,
sehingga memunculkan pertanyaan eksistensial mengenai masa depan Indonesia.
Sekedar Latar
Sekedar Latar
Ada dua contoh yang akan diajukan untuk merekonstruksi teori sekularisasi. Pertama, pengesahan RUU Pornografi. Benarkah pengesahan RUU Pornografi merupakan cermindari masih dominannya agama di ranah publik, hingga ia bisa mencengkeram dan kemudian mewujudkan hasratnya untuk menjadi semacam comprehensive doctrine bagi moralitas sebuah bangsa atau entitas? Atau jika dibaca secara terbalik, bahwa agama kian tak berdaya sebagai moral force yang menghegemoni moralitas suatu entitas hingga lahir etika-etika di taman moralitas? Kedua, gejala global kebangkitan agama-agama, seperti menguatnya kelompok evangelical di Amerika,gerakan Pentakostal yang mengglobal, semarak etika dan kearifan Timur,tantangan multikulturalisme di Eropa, dan kasus menarik untuk mengurai tegangan sekularisasi: Turki. Bagaimana Turki modern bergelut dengan apa yang disebut"keyakinan sekular", ketika Kemal Attaturk mencanangkan proyek ini, dengan menyapu apa yang disebut tradisional, melakukan nasionalisasi simbol-simbolkeagamaan, dan mengurung praktik keagamaan di ranah privat. Dari berbagai pengertian diatas yang dikemukakan bahwa makna Sekularisasi ilmu pengetahuan adalah suatu proses pelepasan atau pembebasan ilmu dari setiap pengaruh agama sebagai landasan berfikir.
Konsumerisme adalah paham
atau ideologi
yang menjadikan seseorang atau kelompok melakukan atau menjalankan proses konsumsi atau
pemakaian barang-barang hasil produksi secara berlebihan atau tidak sepantasnya secara
sadar dan berkelanjutan. Hal tersebut menjadikan manusia menjadi
pecandu dari suatu produk, sehingga ketergantungan tersebut tidak dapat atau
susah untuk dihilangkan. Sifat konsumtif yang ditimbulkan akan menjadikan penyakit
jiwa yang tanpa sadar menjangkit manusia dalam kehidupannya.
Conoth
Perilaku Konsumerisme Mengancam Masa Depan Bangsa
Di satu sisi, globalisasi membawa
dampak yang positif bagi masyarakat, namun disisi lain globalisasi dapat
menimbulkan dampak negatif seperti dis-orientasi, dislokasi, atau krisis
sosial-budaya dalam masyarakat, serta semakin merebaknya gaya hidup konsumerisme
dan hedonisme.
"Saat ini, konsumerisme tidak hanya terjadi di perkotaan, namun sudah merambah ke pedesaan. Ini sangat berbahaya, kalau tidak dicegah sejak dini," kata pengamat sosial dari Universitas Jember (Unej) Drs Hadi Prayitno MKes.
Menurut dia, perilaku konsumtif anak-anak berdampak pada pergeseran gaya hidup (lifestyle) yang dapat berpengaruh pada kepekaan sifat sosial mereka, sehingga cenderung mengabaikan dan tidak peduli dengan lingkungan sosial.
"Pandangan anak-anak tentang kehidupan sosial yang baik dan buruk cenderung kabur karena mereka mengalami pergeseran nilai dengan gaya hidup yang hedon dan individual," tuturnya.
Gaya hidup hedonis merupakan suatu pola hidup yang aktivitasnya untuk mencari kesenangan hidup seperti senang membeli barang mahal yang disenanginya, dan selalu ingin menjadi pusat perhatian.
"Dengan mental yang demikian, anak-anak kita secara tidak langsung cenderung dituntun untuk pragmatis dan mau serba instan, tanpa ada usaha serta kerja keras," paparnya.
Hadi mengaku prihatin dengan budaya konsumerisme yang sudah melekat di dunia anak-anak, bahkan tidak sedikit orang tua justru mengajarkan anak-anak untuk berperilaku konsumtif tanpa mereka sadari.
"Kadang-kadang ibu atau bapaknya sudah mengajari anak untuk memilih barang-barang yang harganya mahal dan bagus tanpa mereka sadari bahwa anak yang bersangkutan akan mengikuti pola konsumtif," paparnya.
Dosen jurusan Kesejahteraan Sosial di FISIP Unej itu mengemukakan banyak faktor yang memengaruhi anak untuk berperilaku konsumtif antara lain keluarga dan lingkungan karena keduanya saling berkaitan.
"Orang tua yang sibuk bekerja cenderung memenuhi segala keinginan anaknya dan memanjakan dengan materi yang berlimpah, padahal pola mendidik anak seperti itu salah dan menjadikan anak berperilaku konsumtif," katanya.
"Saat ini, konsumerisme tidak hanya terjadi di perkotaan, namun sudah merambah ke pedesaan. Ini sangat berbahaya, kalau tidak dicegah sejak dini," kata pengamat sosial dari Universitas Jember (Unej) Drs Hadi Prayitno MKes.
Menurut dia, perilaku konsumtif anak-anak berdampak pada pergeseran gaya hidup (lifestyle) yang dapat berpengaruh pada kepekaan sifat sosial mereka, sehingga cenderung mengabaikan dan tidak peduli dengan lingkungan sosial.
"Pandangan anak-anak tentang kehidupan sosial yang baik dan buruk cenderung kabur karena mereka mengalami pergeseran nilai dengan gaya hidup yang hedon dan individual," tuturnya.
Gaya hidup hedonis merupakan suatu pola hidup yang aktivitasnya untuk mencari kesenangan hidup seperti senang membeli barang mahal yang disenanginya, dan selalu ingin menjadi pusat perhatian.
"Dengan mental yang demikian, anak-anak kita secara tidak langsung cenderung dituntun untuk pragmatis dan mau serba instan, tanpa ada usaha serta kerja keras," paparnya.
Hadi mengaku prihatin dengan budaya konsumerisme yang sudah melekat di dunia anak-anak, bahkan tidak sedikit orang tua justru mengajarkan anak-anak untuk berperilaku konsumtif tanpa mereka sadari.
"Kadang-kadang ibu atau bapaknya sudah mengajari anak untuk memilih barang-barang yang harganya mahal dan bagus tanpa mereka sadari bahwa anak yang bersangkutan akan mengikuti pola konsumtif," paparnya.
Dosen jurusan Kesejahteraan Sosial di FISIP Unej itu mengemukakan banyak faktor yang memengaruhi anak untuk berperilaku konsumtif antara lain keluarga dan lingkungan karena keduanya saling berkaitan.
"Orang tua yang sibuk bekerja cenderung memenuhi segala keinginan anaknya dan memanjakan dengan materi yang berlimpah, padahal pola mendidik anak seperti itu salah dan menjadikan anak berperilaku konsumtif," katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar